Kutip.id, TENGGARONG – Guna menghadapi masalah stunting yang masih menghantui Kutai Kartanegara, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) meluncurkan program pelatihan tata boga di Kecamatan Tenggarong Seberang dan Loa Janan. Program ini menggabungkan edukasi gizi dengan keterampilan memasak, sebuah terobosan yang diharapkan mampu mengatasi masalah kesehatan sekaligus mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Stunting tidak hanya menjadi masalah kesehatan di Kukar, tetapi juga tantangan sosial yang melibatkan banyak faktor, mulai dari perilaku hingga pengetahuan tentang nutrisi. Melalui pelatihan tata boga, DP3A Kukar memanfaatkan kesempatan ini untuk menciptakan solusi yang berdaya guna bagi masyarakat.
“Kami melihat pelatihan ini sebagai jembatan untuk mengatasi dua masalah sekaligus: kesehatan anak dan kesejahteraan keluarga. Dengan keterampilan memasak yang ditingkatkan dan edukasi gizi yang lebih mendalam, kami percaya bahwa masyarakat dapat melakukan perubahan nyata di rumah mereka,” jelas Hero Suprayetno, Plt Kepala DP3A Kukar.
Berbeda dengan pendekatan tradisional, program tata boga ini mengedepankan metode yang aplikatif dan praktis. Peserta pelatihan diajarkan cara mengolah bahan makanan sederhana menjadi menu yang bergizi tinggi untuk anak-anak mereka, memastikan asupan nutrisi terpenuhi tanpa memerlukan biaya yang besar.
“Kami fokus pada solusi yang bisa langsung diterapkan di rumah dengan bahan-bahan lokal dan mudah didapat. Ini bukan hanya soal memasak, tetapi juga bagaimana mengelola makanan agar lebih bernutrisi,” tambah Hero.
Selain fokus pada kesehatan, pelatihan ini juga membuka pintu bagi masyarakat untuk mengeksplorasi peluang bisnis di bidang kuliner. DP3A Kukar melihat potensi besar di sektor ini untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha kecil dan mikro. Peserta pelatihan diharapkan mampu mengembangkan keterampilan mereka menjadi usaha rumahan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi keluarga, tetapi juga memberi kontribusi ekonomi.
“Pelatihan ini memberikan mereka alat untuk tidak hanya menyiapkan makanan sehat, tetapi juga memulai usaha dari dapur mereka sendiri. Ini adalah langkah awal untuk kemandirian ekonomi,” ungkap Hero.
Tidak hanya pelatihan, DP3A Kukar juga memperkenalkan sesi konseling gizi dan kesehatan sebagai bagian dari program ini. Sesi ini dirancang untuk mendukung keluarga yang membutuhkan bimbingan khusus terkait pencegahan stunting, pola makan, dan kesehatan anak.
“Konseling ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat memahami mengapa stunting terjadi dan bagaimana mereka bisa menghindarinya. Kami ingin membangun kesadaran kolektif bahwa setiap keluarga memiliki peran dalam menciptakan generasi yang sehat,” jelas Hero.
Melalui pendekatan holistik yang menggabungkan edukasi, keterampilan, dan pemberdayaan ekonomi, DP3A Kukar optimis bahwa angka stunting di wilayah mereka akan terus menurun. Program ini tidak hanya bertujuan untuk menangani masalah kesehatan, tetapi juga mempersiapkan masyarakat untuk masa depan yang lebih sejahtera dan mandiri.
“Kami ingin masyarakat Kukar menjadi lebih kuat, lebih sehat, dan lebih sejahtera. Dengan program ini, kami tidak hanya memberi mereka keterampilan, tetapi juga harapan dan kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik,” tutup Hero Suprayetno.
Penulis : Reihan Noor