Kutip.id – Bank Indonesia (BI) akhirnya angkat bicara mengenai terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada Selasa (25/3) sore, rupiah terperosok ke level Rp16.611 per dolar AS, yang merupakan titik terendah sejak krisis ekonomi 1998.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Edi Susianto, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah ini terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS yang berdampak pada berbagai mata uang Asia.
Selain faktor global, permintaan dolar AS di dalam negeri juga meningkat untuk keperluan pembayaran dividen dan utang.
“Beberapa mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS karena indeks DXY menguat. Selain itu, di dalam negeri terdapat kebutuhan riil untuk repatriasi dan pembayaran lainnya,” ujar Edi kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/3).
Ia menegaskan bahwa BI terus memantau pergerakan rupiah dan siap melakukan intervensi jika diperlukan guna menjaga keseimbangan pasar.
Sementara itu, ekonom senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, menilai bahwa arus keluar dana asing turut memperparah pelemahan rupiah.
“Sudah hampir tujuh hari perdagangan, asing terus mencatatkan net sell. Kemungkinan mereka memang sedang memindahkan dana ke dolar AS,” katanya.
Ia juga menyoroti permintaan dolar yang meningkat menjelang akhir kuartal pertama, terutama untuk pembayaran dividen dan utang pemerintah.
Penulis : Yusuf S A